Kisah Inspiratif: Mempelajari Bahasa Inggris Tidak Mengenal Umur
Dengan tergopoh-gopoh sedikit berlari kecil menuju ke ruang kelas sementara salah satu tangannya memegang erat buku, dia sepertinya tidak ingin terlambat meskipun kutengok arloji di tanganku waktu menunjukkan kalau kelas belum dimulai.
Meskipun wajahnya nampak sedikit lelah dari sorot matanya yang tertutupi kacamata tebalnya, dia berusaha menutupinya dengan senyumnya. Rambutnya yang hampir seluruhnya memutih tidak memupus semangatnya untuk tetap datang dan belajar.
Pak Wito, begitulah dia biasanya dipanggil. Dia adalah salah satu peserta didik kursus bahasa Inggris. Yang saben hari kursus, dia tidak pernah melewatkan satu pertemuan pun. Meskipun usia dia sudah berkepala enam, toh semangatnya untuk terus belajar bahasa Inggris seperti anak muda berumur tujuh belas tahun.
Setiap pagi, dia membuka toko yang menjual berbagai peralatan kantor seperti buku, penggaris, pena, pensil, kwitansi, kotak berkas, memo, kertas karton, isolasi, jangka, stapler dan aneka perangkat kantor lainnya. Di sela-sela kesibukannya, dia menyempatkan diri membuka buku bahasa Inggris sekedar untuk mengingat apa saja telah dipelajari di tempat kursus dan melatihnya di depan cermin.
Suatu hari pak Wito pernah menceritakan bahwa dulu dia termasuk orang yang memiliki segalanya. Segalanya dia punya, dari puluhan mobil berjejer di garasinya hingga beberapa rumah besar yang pernah dia tinggali,
Oleh karena merasa bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, sewaktu sekolah dia tidak terlalu memperhatikan setiap pelajaran di sekolahnya. Dan salah satu mata pelajaran yang dia paling benci adalah pelajaran bahasa Inggris.
Menurutnya waktu itu, bahasa Inggris terlalu sulit dipelajari dan tidak penting untuk dikuasai. Yang terpenting bagi dia, mahir berhitung dan berdagang adalah yang terutama. Hal inilah yang mengantarkan dia pada keberhasilan dalam menjalankan usaha bisnisnya dan akhirnya mendulang kekayaan yang melimpah ruah kala itu.
Namun, suatu ketika segala yang dia bangga-banggakan sirna begitu saja. Seorang rekan bisnisnya yang berasal dari luar negeri telah menipunya sehingga dia mulai terlilit hutang. Satu persatu mobil kesayangannya dia jual dan rumah besar yang dia tinggali pun harus dia relakan. Hingga beberapa waktu, hari demi hari, hingga bulan berganti bulan sampai tahunan, dia harus berjuang untuk bangkit dan berdiri dari keterpurukan.
Dari kejadian ini, dia belajar bahwa semua harta dan kekayaan yang dia miliki takkan pernah abadi. Suatu saat apa yang dia miliki akan pergi entah kapan.
Ketika kutanya kenapa dia memutuskan ingin mempelajari bahasa Inggris. Dia pun menjawab bukan lantaran dia tidak bisa berbahasa Inggris hingga dia tertipu oleh rekan bisnisnya yang berasal dari negeri paman Sam itu. Lebih dari itu, dia ingin menginspirasi anak-anak muda, terutama anak-anaknya dan cucu-cucunya, agar tidak bermalas malasan dan jemu untuk senantiasa belajar dan belajar dan membekali diri dengan Ilmu pengetahuan.
Pesan pak Wito pada ku yang selalu tergiang di benakku hingga sekarang: Belajar apapun, tidak hanya bahasa Inggris, tidak pernah mengenal usia karena ilmu pengetahuan yang kelak akan membekali kamu di kemudian hari. Kamu tidak pernah tahu hari esok akan seperti apa.
Yes it is. You're never too old to learn.
Meskipun wajahnya nampak sedikit lelah dari sorot matanya yang tertutupi kacamata tebalnya, dia berusaha menutupinya dengan senyumnya. Rambutnya yang hampir seluruhnya memutih tidak memupus semangatnya untuk tetap datang dan belajar.
![]() |
Belajar Bahasa Inggris Tidak Mengenal Usia - langitbirukata.com |
Pak Wito, begitulah dia biasanya dipanggil. Dia adalah salah satu peserta didik kursus bahasa Inggris. Yang saben hari kursus, dia tidak pernah melewatkan satu pertemuan pun. Meskipun usia dia sudah berkepala enam, toh semangatnya untuk terus belajar bahasa Inggris seperti anak muda berumur tujuh belas tahun.
Setiap pagi, dia membuka toko yang menjual berbagai peralatan kantor seperti buku, penggaris, pena, pensil, kwitansi, kotak berkas, memo, kertas karton, isolasi, jangka, stapler dan aneka perangkat kantor lainnya. Di sela-sela kesibukannya, dia menyempatkan diri membuka buku bahasa Inggris sekedar untuk mengingat apa saja telah dipelajari di tempat kursus dan melatihnya di depan cermin.
Suatu hari pak Wito pernah menceritakan bahwa dulu dia termasuk orang yang memiliki segalanya. Segalanya dia punya, dari puluhan mobil berjejer di garasinya hingga beberapa rumah besar yang pernah dia tinggali,
Oleh karena merasa bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, sewaktu sekolah dia tidak terlalu memperhatikan setiap pelajaran di sekolahnya. Dan salah satu mata pelajaran yang dia paling benci adalah pelajaran bahasa Inggris.
Menurutnya waktu itu, bahasa Inggris terlalu sulit dipelajari dan tidak penting untuk dikuasai. Yang terpenting bagi dia, mahir berhitung dan berdagang adalah yang terutama. Hal inilah yang mengantarkan dia pada keberhasilan dalam menjalankan usaha bisnisnya dan akhirnya mendulang kekayaan yang melimpah ruah kala itu.
Namun, suatu ketika segala yang dia bangga-banggakan sirna begitu saja. Seorang rekan bisnisnya yang berasal dari luar negeri telah menipunya sehingga dia mulai terlilit hutang. Satu persatu mobil kesayangannya dia jual dan rumah besar yang dia tinggali pun harus dia relakan. Hingga beberapa waktu, hari demi hari, hingga bulan berganti bulan sampai tahunan, dia harus berjuang untuk bangkit dan berdiri dari keterpurukan.
Dari kejadian ini, dia belajar bahwa semua harta dan kekayaan yang dia miliki takkan pernah abadi. Suatu saat apa yang dia miliki akan pergi entah kapan.
Ketika kutanya kenapa dia memutuskan ingin mempelajari bahasa Inggris. Dia pun menjawab bukan lantaran dia tidak bisa berbahasa Inggris hingga dia tertipu oleh rekan bisnisnya yang berasal dari negeri paman Sam itu. Lebih dari itu, dia ingin menginspirasi anak-anak muda, terutama anak-anaknya dan cucu-cucunya, agar tidak bermalas malasan dan jemu untuk senantiasa belajar dan belajar dan membekali diri dengan Ilmu pengetahuan.
Pesan pak Wito pada ku yang selalu tergiang di benakku hingga sekarang: Belajar apapun, tidak hanya bahasa Inggris, tidak pernah mengenal usia karena ilmu pengetahuan yang kelak akan membekali kamu di kemudian hari. Kamu tidak pernah tahu hari esok akan seperti apa.
Yes it is. You're never too old to learn.
0 Response to "Kisah Inspiratif: Mempelajari Bahasa Inggris Tidak Mengenal Umur"
Post a Comment